Kamis, 14 Mei 2009

lebih luas dari langit

Aku pun membeli tempat untuk ku berbaring dan bermain dengan anak-anakku dan juga istriku, semunya aku lakukan ditempat yang sama, tempat yang tertata rapi dan begitu rahasia, tak ada orang yang dapat masuk tanpa seijinku, keterlaluan memang.

Sebuah negeri yang kubangun dengan sepenuh rasa. Tetapi sayang, mereka menceritakannya padaorang yang kurang tepat.


Kalau hanya untuk pengungsi Lapindo saja tak akan habis. Sungguh, tempat ini lebih luas dari itu, tetapi sayang aku tak mau mereka ada di sini, aku terlalu benci pada orang lain yang munafik.

Hamparan yang begitu luas, bukit, lembah, pepohonan, semak belukar, rumput, gunung, jurang, pantai, ombak, semuanya ada, lengkap sekali, tak kurang satu apapun.

Masih pagi, mentari begitu indah menyinari pepohonan dan menembus dedaunan untuk membasuh muka ditelaga di sela-sela bukit, airnya yang segar,

Meski Pagi, airnya masih terasa hangat. Memang itu keluar dari sela akar-akar yang memang tugasnya menyimpan air yang turun dari musim penghujan.

Mentari pun menjadi rian, awan-awan berlarian, awan-awan beterbangan, capung berkejar-kejaran. menandakan musim yang tepat untuk kawin.

Gemuruh air begitu bersemangat, seperti tak penah lelah untuk tertawa. itu terdengat sapai disini, kira kira jaraknya kuranglebih 1 kilo meter. Bayangkan sendiri tingginya.

Itulah tanahku, dan semuanya adalah negeriku. Sungguh keterlaluan memang, memiliki lahan luas. Seluas langit, melebihi bumi dihuni sendiri.

Disini dulu banyak orang, tapi mereka terlalu munafik kemudian ku usir. Mereka terlalu usil dengan kelakuannya. Aku tak memberi apapun kepada mereka, hanya dengan menakut nakutinya, merekapun pergi. dan entah sekarang, mereka ada dimana, aku tak perduli.

Disini aku memperoleh apapun yang aku inginkan mulai dari buah dan apapun itu ada, semuanya serba otomatis dan lengkap. Melebihi supermarket dan gak ada duanya. Tinggal bilang dan apa yang aku inginkan tiba, tapi ini bukan surga.

Kalau ingin menikmati salju, aku hanya butuh waktu tak sampai 1 menit bahkan kurang, Itu kalau aku mau, tapi kalau tidak, ya sama sekali tidak. Sungguh mengasikkan. Kalau kamu mau, silahkan saja ketempatku. Tapi sayang, aku tak akan mengijinkan.

Meskipun ia bernama Yudhoyono. Karena tempat ini terlalu rahasia, dan disini itu tempatnya rahasia, dan tidak boleh sembarangan orang tahu tempat ini,

Dulu istriku dan anak anakku tinggal disini, tapi sekarang telah ku usir.

Bukannya rahasia, tempat ini adalah untuk menyimpan rahasia, mulai dari rahasia yang gak penting, sampai rahasia yang dapat menyebabkan negeri ini pecah. kmu tahukan bagai mana bahayanya jika rahsia itu terbongkar.

Karena rahasia ini pula nyawaku juga terancam. Tapi sayang, orang-orang itu tak ingin aku mati sebelum waktunya, karena aku saja yang mengetahui tempat ini. Tak enak juga menyimpan rahasia semua orang, tapi bagiku tak seberapa masalah.

Sekali seseorang ingin masuk dan tawaranyapun macam-macam, mereka menawarkan pulau untuk kumiliki, (ah pulau di sini sudah ada); ada lagi yang menawariku dengan pesawat pribadi yang (pesawat... aku dapat membelinya sendiri), ada juga yang menawariku mobil ferrari yang hanya diproduksi untuk sepuluh orang terkaya didunia, ah, 10 orang, aku dapat pesan 1 buah yang hanya dubuat untuk 1 orang saja.

Merekapun tak punya rayuan rayuan-untuk merayu diriku. Padahal mereka hanya ingin masuk ke pekaranganku. Tapi aku tak suka, mereka terlalu sombong. Di pekaranganku saja banyak rahasia yang kutanam, apa jadinya jika mereka kesana.

Aku tak punya banyak orang yang dapat kupecaya. keluargakupun telah dipengaruhi orang lain untuk membeberkan rasiaku, dan mereka relah menceritakan semuanya. Tentunya yang mereka tahu, padahal yang mereka tahu hanya se-tetes saja, dan kemudian mereka menjadi sombong.

Gara-gara cerita itu mereka kini menghadapi ancaman gantung, sungguh tragis memang, dan aku tak sanggup untuk menolong mereka, mereka tak ada di wilayah kekuasaanku.

Ya, meski teralis telah membatasi gerakku, tetapi mereka tak dapat memenjarakan imaginasiku. Sungguh mereka kurang memahami aku.

0 komentar: